Kamis, 23 Februari 2012

Kasus Rhinitis Alergi

Kasus Rhinitis Alergi

A. DESKRIPSI KASUS
Hendro, seorang laki – laki umur 21, menderita rhinitis alergi sejak 5 tahun yang lalu. Apabila terpapar udara dingin atau debu ia selalu bersin – bersin . Oleh dokter THT yang merawat, Hendro diberi resep :
- Trifed No. XII S 3 d d 1 tab
- Mucoxol No. XII S 3 d d 1
- Nasonex nasal spray 1 fl S 3 d d 1 dext at sint
- Amoxan No. XII S 4 d d 1
Analisalah kasus dan pola peresepan di atas. Bila ternyata setelah dianalisa ternyata peresepan di atas tidak rasional, berikan usulan dan solusinya.

B. DASAR TEORI
Rhinitis adalah inflamasi pada membran mukosa di hidung (Dipiro, 2006). Berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi 2, yaitu rhinitis alergi karena allergen dan rhinitis nonalergi yang disebabkan faktor-faktor pemicu seperti obat(rhinitis medicamentosa), atau karena abnormalitas structural (rhinitis structural). Rhinitis alergi muncul ketika membran mukosa terpapar oleh allergen sehingga memberikan respon yang diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE). Respon ini memacu pelepasan mediator inflamasi. Rhinitis alergi dikarakteristik oleh bersin-bersin, hidung berair, nasal kongesti, mata merah, berair, dan gatal. Biasanya rhinitis alergi terjadi pada individu yang sensitif.
Berdasarkan waktunya, rhinitis alergi dapat digolongkan menjadi :
- Rhinitis seasonal yang biasanya muncul pada waktu-waktu tertentu yang sudah dapat diprediksi. Biasanya terjadi pada musim semi. Alergen yang terlibat dapat berupa serbuk sari, atau rerumputan.
- Rhinitis parrenial disebabkan bukan karena musim tertentu. Biasanya disebabkan oleh allergen berupa dust mites, dander binatang, jamur. Rhinitis tipe ini biasanya merupakan gejala kronis. (Dipiro, 2006)
Seseorang dapat mengalami rhinitis kombinasi antara dua jenis tersebut. Masih ada satu lagi jenis rhinitis alergi, yaitu :
- Rhinitis alergi occupational
Rhinitis yang terkait dengan pekerjaan. Paparan allergen didapat di tempat bekerja. Biasanya dialami oleh orang yang bekerja dekat dengan binatang.

Respon Imun
Reaksi alergi di hidung dimediasi oleh respon antigen-antibody, allergen berinteraksi dengan IgE yang terikat sel mast dan basofil. Selama inhalasi, allergen yang dibawa udara memasuki hidung dan diproses oleh limfosit, yang memproduksi antigen spesifik IgE. Pada paparan pertama, biasanya belum terjadi reaksi alergi. Namun pada paparan berikutnya IgE yang berikatan dengan sel mast berinteraksi dengan allergen kemudian memacu pelepasan mediator inflamasi. Reaksi ini dapat berlangsung lambat maupun cepat. Mediator inflamasi yang terlibat dapat berupa histamine, lerukotrien, prostaglandin, tryptase, dan kinin. (Dipiro, 2006)

C. ANALISA KASUS
Problem:
- Pasien menderita rhinitis alergi sejak 5 tahun yang lalu
Keluhan  pasien selalu bersin-bersin apabila terpapar udara dingin atau debu.
- DRP:
Pemberian obat tanpa adanya indikasi
a. Pemberian obat amoxan, sedangkan tidak ada indikasi pasien mengalami infeksi
b. Pemberian obat mucoxol, sedangkan tidak ada indikasi terbentuknya dahak
Assessment:
- Trifed (Triprolidine HCl 2,5 mg dan Pseudoefedrine HCl 60 mg)
- Mucoxol (Ambroxol HCl)
- Nasonex nasal spray (Mometasone furoate)
- Amoxan (amoxicillin)
- Lanjutkan penggunaan trifed
Merupakan obat golongan antihistamin yang sudah tepat penggunaannya untuk pengobatan rhinitis alergi karena dapat mencegah kerja dari histamin.
Triprolidine adalah anggota propylamine (alkylamine) kelas kimia antagonis H1-antihistamin. Dengan demikian, itu dianggap relatif kurang menenangkan daripada antihistamin tradisional dari ethanolamine, phenothiazine, dan kelas etilendiamin antihistamin. Triprolidine memiliki paruh lebih pendek dan durasi tindakan dari sebagian besar alkylamine lain antihistamin. Seperti semua antagonis H1-antihistamin, mekanisme tindakan triprolidine dipercaya untuk melibatkan blokade kompetitif reseptor H1-situs yang menghasilkan histamin ketidakmampuan untuk menggabungkan dengan mengerahkan reseptor dan efek yang biasa pada sel sasaran. Antihistamin tidak mengganggu efek histamin apapun yang telah terjadi. Oleh karena itu, agen ini digunakan lebih berhasil dalam pencegahan daripada pengobatan reaksi histamin-induced.
- Lanjutkan penggunaan Nasonex nasal spray
Merupakan obat golongan kortikosteroid yang sudah tepat penggunaannya untuk pengobatan rhinitis alergi karena dapat mencegah terjadinya peradangan.
Mometasone furoate adalah kortikosteroid yang memiliki aktivitas anti inflamasi. Mometasone furoate diperkirakan mengatasi alergi rhinitis atau sinusitis melalui aktivitas hambatannya pada serangkaian luas sel (yakni sel mast, eusinofil, neutrofil, makrofag, dan limfosit) dan mediator (histamine, eicosanoid, leukotrien, dan sitokin) yang terlibat dalam inflamasi yang dimediatori oleh alergen.
Indikasi : profilaksis dan mengobati gejala rhinitis atau sinusitis musiman atau parennial.
- Hentikan penggunaan Mucoxol dan Amoxan
- Strategi pengobatan
a. Hilangkan rhinitis oleh allergen yang menjaga lingkungan bebas.
b. Penutup bantal dan mattresses dengan plastik penutup.
c. Menggunakan bahan-bahan sintetis (ruap mattresses, acrylics) daripada produk binatang (wol, bulu kuda).
d. Meminimalkan debu-mengumpulkan barang-barang rumah tangga (misalnya, karpet, drapes).
e. Menggunakan sebuah alat pembersih udara / filter debu dapat membantu. Bila allergen (s) yang diketahui, terapi desensitization dapat dilakukan, yang melibatkan secara bertahap meningkatkan hubungan ke subdermal diidentifikasi allergens; hasil bervariasi.


Monitoring:
- Pantau efek samping obat
- Pantau penggunaan obat
- Pantau kepatuhan pasien meminum obat
- Toleransi ke substansi perubahan atas hidup, dan emosional stres, virus penyakit, kelelahan, hubungan ke irritants kimia, terlalu keras, atau parah kondisi cuaca dapat meningkatkan reactivity. Menghapuskan hal-hal ini dapat meningkatkan ambang batas, seperti umur (sistem kekebalan yang kurang efisien, sehingga IgE antibodies kurang terlibat dengan menantang allergens).



DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Farmakologi Dan Terapi, edisi 5, gaya Baru, Jakarta

Dipiro Joseph T, Barbara G. Wells, Terry L. Schwinghammer, Cyntia W. Hamilton, 2006, Pharmacotherapy Handbook, sixth edition, McGraw – Hill Companies, inc.

Tjay Tan Hoan, Drs & Rahardja Kirana, Drs, 2007, Obat – Obat Penting, edisi VI, cetakan pertama, Elex Media Komputindo kelompok Gramedia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar